Sabtu, 12 November 2011

Dian Wei

Dian Wei (Hanzi: 典韋) (meninggal tahun 197) adalah seorang jenderal perang dari Zaman Tiga Negara. Ia mengabdi kepada Cao Cao sebagai pengawal pribadinya pada masa pemerintahan Dinasti Han. Dian Wei adalah pengawal yang setia yang mengorbankan nyawanya untuk keselamatan Cao Cao ketika terjadi penyerangan di istana Wan.

Biografi

Kehidupan awal

Pada tahun 189, Zhang Miao mengadakan seleksi pasukan untuk berperang melawan Dong Zhuo, yang menyandera Kaisar Xian di istananya. Di perang ini Dian Wei mampu mengesankan atasannya karena kekuatannya, saat cuaca & angin memburuk dia tetap mampu menyangga panji perang yang besar dengan 1 tangan saja, yang mana tentara lain tak lagi mampu menahan meskipun sudah menggabungkan kekuatan.

Bekerja di bawah pimpinan Xiaohou Dun

Dian Wei berperang di bawah pimpinan Xiaohu Dun, saat Cao Cao mengadakan penyerangan ke Puyang melawan Lu Bu. Saat pasukan Cao Cao terdesak Dian Wei mengumpulkan banyak tentara mengelilinginya. Tentara-tentara tadi mengenakan jubah pelindung hingga 2 lapis, menanggalkan perisainya & menggantinya dengan membawa 2 senjata sekaligus dan terus merangsek ke depan. Di bawah hujan panah Dian Wei mengumpulkan banyak lembing lalu melemparkannya ke arah musuh dengan pedoman 1 lembing 1 nyawa, dia terus melempar hingga akhirnya musuh pun mundur. Terkesan dengan aksinya, Cao Cao lalu mempromosikannya untuk menjadi kolonel & menjadikannya pengawal pribadinya.

Sebagai pengawal Cao Cao

Sebagai pengawal, Dian Wei dapat dipastikan akan selalu berada di dekat Cao Cao. Dia sangat setia & bertanggung jawab, pada saat perang dia akan berdiri di depan tenda peristirahatan milik Cao Cao selama siang dan pada waktu malam dia memilih tidur di dekat tenda Cao Cao daripada kembali ke tendanya. Dian Wei juga dikenal sebagai prajurit dengan selera makan yang besar & peminum arak yang luar biasa, karena besarnya nafsu makannya konon diperlukan hingga beberapa pelayan hanya untuk melayani kebutuhannya saat makan & minum.
Pada tahun 197 Cao Cao berperang dengan Zhang Xiu, seorang penguasa wilayah Wancheng yang dengan cepat ditundukkannya. Cao Cao yang merasa senang atas menyerahnya Zhang Xiu lalu mengundangnya ke jamuan makan. Pada saat jamuan makan Dian Wei berjaga dengan berdiri di belakang Cao Cao lengkap dengan kapak raksasa di tangannya, yang membuat Zhang Xiu dan anak buahnya gentar hingga tidak berani mengangkat wajah menatap Cao Cao & Dian Wei di belakangnya meski saat bersulang arak.

Perang Wancheng dan kematian Dian Wei

Pada saat keberadaannya di Wancheng, Cao Cao memaksa janda dari Zhang Ji untuk menjadi selirnya yang mengakibatkan kemarahan Zhang Xiu. Mendengar ada yang tidak senang dengan tindakannya, Cao Cao berencana untuk membunuh Zhang Xiu di kemudian hari. Namun dikarenakan rencana tersebut bocor, justru Cao Cao diserang terlebih dulu oleh Zhang Xiu. Cao Cao berhasil kabur menggunakan kuda, sedangkan Dian Wei menghadang laju musuh di gerbang depan ditemani belasan prajurit. Dengan senjatanya Dian Wei bertarung dengan luar biasa, tapi seiring waktu satu persatu prajurit di sampingnya mulai tumbang. Dian Wei sendiri sudah cukup terluka saat akhirnya dia menjadi yang terakhir berdiri di pertempuran.
Dengan sisa tenaganya dia meraih 2 orang prajurit musuh & menggunakannya sebagai senjata, merangsek maju dan membunuh beberapa prajurit lagi sebelum akhirnya tersungkur karena lukanya yang membuatnya kehabisa darah. Dian Wei masih sempat memandangi prajurit musuh sambil menyumpah-nyumpah sebelum akhirnya benar-benar mati. Setelah memastikan bahwa Dian Wei benar-benar sudah tidak bernafas, barulah prajurit musuh berani mendekat dan memenggal kepalanya. Kepalanya dibawa berkeliling untuk ditunjukkan kepada yang lain. Saat berita kematiannya menyebar, banyak prajurit yang datang untuk melihat jasad Dian Wei dengan takjub.
Saat Cao Cao akhirnya mendengar berita kematian Dian Wei, dia hanya bisa bersedih hingga meneteskan air mata. Cao Cao akhirnya menyuruh bawahannya untuk mengambil kembali jasad Dian Wei agar dapat dikuburkan di kota kelahirannya. Dan setelah itu, setiap kali Cao Cao melewati kubur Dian Wei, dia selalu berhenti sejenak untuk mengenang Dian Wei. Cao Cao juga mengangkat Dian Man, putra Dian Wei, untuk menjadi perwira yang selalu berada di sisinya, seperti ayahnya dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar